EXO SPECIAL SERIES ‘XingYeon’ RIDICULOUS – Chapter 8

1395382_463247257127853_117550675_n

Written By : Ulfa Muriza – @Yaegi_Cho11700 | Poster By : Juwita

Zhang Yi Xing | Lay EXO – M

Jung Woo Yeon | Pemeran Fiksi | Dokter Keluarga Cho

Jung Soo Jung | Krystal F (x)

Kyuhyun Super Junior

Wu Yi Fan | Kris EXO – M

Cho Yaegi | Pemeran Fiksi Resmi

Wu Geum Chan |  Wu Geum Sha | Pemeran Fiksi Resmi

EXO | Manajer EXO  | Staff SM  | dan beberapa pemeran pendukung fiksi / non fiksi yang akan kamu temukan dengan sendirinya ;)

Rating : R (17 – ) :D

Romance – Family – Sad – Friendship

( Yang pusing dengan hal – hal percintaan anak EXO, jangan baca :D )

Dilarang keras menjiplak! Dilarang keras copy – paste ! Jadilah pembaca cerdas, mandiri,  kreatif dan positif :)

It’s Belong To Me

Typo Bertebaran! 

OST  ::  K.Will _ Love is punishment 

(Ganti jiakakakaka) 

Enjoy Your Reading – Sasasarangieyoooo :D

ooOoo

Woo Yeon dengan sekejap membuka kedua matanya. Pandangannya langsung menoleh pada laki – laki yang masih duduk di sampingnya itu, “Yixing –ssi..” Woo Yeon melihat ikatan ilalang yang sudah terlepas dari tangannya.

Lay ikut menoleh, tak sedikitpun wajah itu meredup ketika ia menyadari jika Woo Yeon benar – benar menarik ikatan ilalang tersebut. “Aku membantu mu untuk menariknya.”

Woo Yeon tertunduk lemah, tidak tahu apa yang bisa ia katakan setelah ia berusaha untuk menarik ikatan ilalang itu. Sejak kedua tangan mereka terborgol dengan kedua sisi ilalang tersebut, berkali – kali Woo Yeon menggerakkan tangannya seperti ingin melepaskan ikatan ilalang itu, namun dalam sepersekian detik ilalang itu pun terlepas dari tangannya dengan satu tarikan yang diberikan oleh Lay.

“Meskipun kau tidak sepenuhnya menarik ikatan ini, tapi kau terlihat ragu Yeon. Sekarang saatnya kau menemukan keraguan mu itu. Drama malam ini selesai.” Lay menepuk pelan pundak Woo Yeon. Mencoba mengalirkan ketenangan pada diri Woo Yeon yang mungkin masih merasa sangat dilema saat ini.

Woo Yeon mendongakkan wajahnya. Ternyata gadis itu kembali menangis. “Maafkan aku Yixing –ssi, maaf, sungguh maaf. Hiks… “ Woo Yeon kian terisak. Ia tahu jika dirinya telah mengingkari apa yang beberapa saat lalu ia katakan. Tidak mengerti dengan cara seperti apa, tiba – tiba bayang Kyuhyun melintas memenuhi pikirannya ketika ia ingin bertahan dan memutuskan untuk tetap menyukai Lay. Laki – laki itulah yang membuat Woo Yeon dengan ragu menarik ikatan tersebut, dan Lay lah yang memudahkan agar ikatan itu cepat terlepas.

“Jangan menangis. Kau sudah melakukan hal yang benar Jung Woo Yeon –ssi. Gomawo, kau juga sudah memberitahu ku, siapa gadis yang ku sukai selama ini. Neomu gomawoyo.”

Tatapan Woo Yeon seperti bertanya, ‘siapa yang kau maksud?’

Tanpa ragu dalam mengartikan tatapan itu, Lay menyahut lugas, “kau. Kau gadis itu. Ini lebih dari kata cukup untuk ku. Berjuanglah untuk kebahagiaan mu Yeon.” Satu tepukan pelan Lay daratkan pada bahu Woo Yeon. Lebih mirip seperti tepukan pada pundak seorang teman.

“Ani, Yixing –ssi… “

Lay menggeleng, memotong kalimat Woo Yeon. “Tidak. Kau tidak perlu melihat ku Yeon. Kyuhyun hyung, dia akan segera menghapus ku sepenuhnya. Percayalah, jika kau lebih dulu bertemu dengan luka, maka hingga akhir kau akan terus terluka. Jika dari awal kau tersenyum karena sesuatu, hingga akhir sesuatu itu pun akan membuat mu tersenyum meskipun kau sedang menangis. Percayalah, Yeon.”

“Hiks. Aku sungguh tidak mengerti. Hidup ini sungguh menggelikan.” Woo Yeon tersenyum miris di sela – sela tangisnya.

“Jangan biarkan hidup  menertawakan kita, justru  kita harus tertawa untuk tetap hidup. Bukankah begitu? Pulanglah, teman mu akan mati kedinginan jika dia terus berdiri di sana.” Lay menunjuk arah belakang mereka dengan tatapannya. Di sana terlihat Lian sudah tiba sejak tadi. Pangeran keripik kentang itu sengaja tidak menginterupsi keduanya karena sebuah alasan yang sangat ia pahami.  Jarak pantai dan rumah Lay yang tidak jauh, membuat Lian dengan mudah menemukan keduanya.

Woo Yeon menyeka cepat sisa – sisa bulir air matanya setelah melihat Lian di ujung sana.

“Kau, tidak akan membenci ku setelah ini? Sungguh?” tanya Woo Yeon dengan intonasi yang cepat dan penuh harap.

Lay menggeleng dengan senyuman, “tentu tidak.”

“Jika aku bukanlah orang yang konsisten, dan bila gerakan tangan ku yang tadi itu hanya –“

“Kembalilah Yeon.” Potong Lay. Ia tahu apa yang hendak Woo Yeon katakan. Yang terpenting bagi laki – laki bermarga Zhang itu saat ini, jangan ada yang tersakiti lagi usai semua kebodohan yang tidak masuk akal di masa lalu.

“Sungguh?” tanya Woo Yeon tak percaya. Ia sangat tak percaya jika Lay dengan mudahnya berucap demikian.

“Hmm.” Lay mengusap hangat puncak kepala Woo Yeon. “Kembalilah sebagai siapapun yang kau inginkan. Percayalah, Kyuhyun hyung tidak akan dengan mudah membuat mu kembali pada ku sebagai seorang Jung Woo Yeon yang ku kenal. Pergilah, teman mu benar – benar akan jatuh sakit jika terlalu lama terkena angin pantai.” Lay berusaha menegarkan suaranya. Ia tidak ingin Woo Yeon sampai mengendap rasa remuk redam yang ia rasakan saat ini. Ia tidak ingin membuat Woo Yeon berubah plin – plan layaknya dirinya di masa lalu.

Lay tidak sedang berpikir untuk menjadi seorang pahlawan yang tengah berjuang untuk mengorbankan kebahagiaannya. Di balik itu semua, Lay justru berpikir sekaligus tentang dirinya & Woo Yeon. Jika Woo Yeon tetap diam, tidak menggerakkan tangan untuk  memutuskan ilalang tersebut, maka setelah semuanya kembali seperti semula dan mereka pun bersama, namun, tidaklah menutup kemungkinan jika Woo Yeon akan merasakan penyesalan karena tidak memilih Kyuhyun. Dan, tidakkah itu membuat perasaaan Lay ikut terluka?

“Baiklah. Aku pulang dulu.” Woo Yeon mengangguk mantap. Ia bergegas bangun dan membersihkan bagian belakangnya yang terkena pasir pantai.

“Hmm. Tidurlah yang nyenyak.” Lay ikut berdiri.

Dengan langkah ragu tapi pasti, Woo Yeon berbalik arah dan setelah beberapa langkah ia melangkahkan kakinya, gadis itu pun berlarian menuju Lian dengan air mata yang kembali menetes ruah.

“Hmmmphks.. “ Woo Yeon menahan tangisnya, dan berusaha sekuat yang ia mampu untuk tidak melihat kembali ke belakang.

“Hiks. Hmmhhpks.. “

Hingga di langkah terakhir, Woo Yeon tiba di hadapan Lian. Gadis itu langsung berhamburan memeluk Lian yang memang sudah mengerti kondisi di awal.

“Li.. hiks.” Tangisan Woo Yeon  memecah, air matanya perlahan mulai membahasi baju  Lian.

“Wang Liaaan. Hiks.. “ Woo Yeon menarik  erat baju Lian. Ia merasa begitu sesak dan terus ingin menangis seperti ini untuk beberapa saat.

Lian menepuk – nepuk pelan punggung sahabatnya itu, ia juga membenamkan kepala Woo Yeon di bawah dagunya, “gadis kaku ini, memang tidaklah ditakdirkan untuk mendampingi laki – laki polos di sana. Kisah dokter cantik & pasien hemofilia, kita akhiri sampai di sini. Menangislah Yeon, menangislah sekuat yang kau bisa.” Lian mengeratkan pelukannya. Merengkuh erat Woo Yeon yang terisak di dalam dekapannya. Tidak peduli dinginnya angin pantai yang menusuk tulang dan di tambah dengan air mata Woo Yeon yang mulai membasahi dadanya, Lian terus mengusap hangat punggung Woo Yeon hingga gadis itu selesai.

Samar – samar dari ujung sana, Lian melihat Lay yang berdiri tegap  melihat ke arahnya. Sorot mata Lay terkesan begitu nanar. Terlihat kedua bola mata laki – laki itu, ia sedang menahan sesuatu yang tentunya telah menumpuk sejak tadi pada kelopak matanya.

Lian menarik seulas senyum simpul, demi membalas tatapan Lay di ujung sana. Seraya mengangkat tangannya membentuk ‘OK’ sign, mewakili suara Lian yang hendak mengatakan, ‘ kau sudah melakukan yang terbaik, Yixing.’

Lay menganggukkan kepalanya setelah melihat respon Lian dari kejauhan. Paling tidak, saat ini Lay masih bisa bernafas karena ada seseorang yang berada di sisi Woo Yeon.

Lay membungkuk sopan, mengisyaratkan pada Lian bahwa ia ingin lebih dulu pergi dari sana. Lian membalas dengan senyuman yang terkulum diiringi dengan kedipan kedua mata yang mengisyaratkan, ‘baiklah.’

Melihat Lay sudah menghilang dari pandangan, Lian segera menyadarkan Woo Yeon untuk lekas pergi dari sana. “Yeon?” Lian mencoba untuk mengangkat kepala Woo Yeon dari dalam dekapannya.

“Hiks. Hmm, hiks.” Woo Yeon mengangguk cepat sembari menyeka air matanya. “Ayo, Li. ” Woo Yeon berjalan lebih dulu tanpa menunggu Lian yang berjalan di belakangnya.

Sementara itu, Lay berjalan menyusuri pepohonan cemara yang tumbuh di sekitar pinggir pantai. Lay mencari jalan yang lebih jauh untuk tiba di rumahnya. Ia membutuhkan waktu lebih lama untuk menetralisir  apa yang baru saja ia lewati beberapa saat lalu.

“Hufh – “ hembusan kecil terdengar dari bibir sensual laki – laki itu, uap hangat yang ia hembuskan seakan mewakili rasa sesak yang bergumul di dalam dadanya. Lay berhenti sejenak, dengan menumpukan gitar yang ia bawa ke permukaan tanah. Laki – laki itu menengadahkan wajahnya agar tumpukan yang akan segera menetes membentuk bulir – bulir hangat di dalam matanya tidak tumpah.

“Hufh!” deru nafas Lay terdengar lebih berat. Ia bersikeras tidak ingin air matanya tumpah, meskipun sejak tadi mulai membentuk sungai kecil di wajahnya.

“Sigh – Zhang Yixing, hufh!”

Lay menepuk – nepuk keras dadanya, ia membungkuk memegangi kedua lututnya, apapun itu, Lay tidak boleh menangis. Namun rasa sakit yang ia rasakan saat ini melebihi pertahannya sendiri. Hatinya terasa benar – benar kian terenyuh.

Cukup lama Lay dalam posisi tersebut, bahkan ia tidak peduli jika gitar kesayangannya sudah tertidur di permukaan tanah. Perlahan deru nafas yang semula terdengar cepat, kini mulai kembali stabil. Lay berusaha untuk menghilangkan rasa sesak yang ada, meskipun ia tahu ia tidak akan bisa untuk saat ini.

“Percayalah Yeon, tidak akan ada lagi penyesalan setelah ini.” Gumamnya dalam hati. Setidaknya, Lay merasakan bagaimana menjadi sosok Woo Yeon ketika ini terjadi pada gadis itu dahulu.

Kisah kehidupan seperti di dalam dongeng, gadis cantik yang memiliki segalanya, dan seorang pemuda biasa yang meraih mimpinya hingga berada di tempat terbaik saat ini, telah berakhir. Tidak selamanya hal yang disebut ‘karma’ akan memilih untuk menghampiri orang yang ia tuju dengan caranya sendiri, tetapi manusia yang berusaha melawan keegoisan di dalam diri akan lebih dulu menghampiri karma dengan menyerahkan segenap kebahagiaannya untuk menyelamatkan sesuatu yang patut untuk di perjuangkan. Woo Yeon dan Kyuhyun.  Bagi Lay, kedua insan itu memang patut untuk ia perjuangkan.

–          Jika kau di tempatkan pada pilihan pertama dan kedua, maka pilihlah yang kedua. Karena, jika kau sungguh merasa nyaman dengan tempat di mana pertama kali kau berada, maka tidak akan pernah ada tempat yang kedua. Ketika cinta pertama dan kedua menghampiri mu, maka pilihlah yang kedua. Karena, jika kau sungguh mencintai yang pertama, maka tidak akan pernah ada yang kedua. –

(diadaptasi dari kutipan – Johnny Depp – )

 ooOoo

Sudah belasan meter Tao dan Ji Ah berjalan menyusuri jembatan kayu yang membentang sepanjang danau yang berada tak jauh dari kediaman keluarga Huang. Meskipun ini sudah malam hari, namun tak mengurangi keindahan panorama danau yang nyaris tidak terurus itu. Semerbak aroma teratai air terasa sangat menyejukkan indera penciuman siapa saja yang tengah berada di sekitar danau saat ini. Kala menyambut musim semi datang, hamparan teratai – teratai air berlomba – lomba untuk membuka kuncup mereka hingga menjadi kelopak jingga nan indah. Remang – remang lampu jalan, menjadi penuntun Tao dan Ji Ah yang berjalan di tengah gelapnya malam yang kian larut.

Ji Ah tak henti – hentinya melihat sekeliling, sementara Tao terus berjalan tanpa menuturkan sepatah katapun. Hingga, kedua kaki Ji Ah merasa pegal untuk melangkah. Ditambah, bekas luka pada kakinya yang belum begitu pulih.

“Tao –ya, aku tidak sanggup berjalan lagi. Sebenarnya kita mau pergi kemana? Jika Yeon datang menjemput ku, dia tidak akan tahu tempat ini.” Ji Ah membungkuk sesaat, memegangi kedua sisi lututnya.

Tao yang berada beberapa langkah di depan Ji Ah berbalik. Tao memandang gadis itu sesaat, lalu ia melangkah menghampiri Ji Ah dan kembali berbalik dengan posisi setengah membungkuk.

“Naiklah.” Tao memberikan punggungnya.

“Tidak mau. Aku hanya akan menaiki punggung Huang Zitao.” Ji Ah menjawab lugas.

Perkataan gadis itu membuat Tao berbalik lagi dengan tatapan heran.

“Jika kau membenci ku, kenapa tidak terus terang saja? Kenapa tidak mengusir ku dan jangan membawa ku kemari? Apa kau merasa hebat setelah mengacuhkan ku eoh!” rasa kesal yang sudah ia tahan sejak tadi, akhirnya terbayarkan dengan berteriak di hadapan Tao.

Tao berdiri tegap, menatap lekat Ji Ah yang sudah lebih dulu membuang tatapannya ke arah lain. “Apa kau merasa hebat setelah mengucapkan kata putus dan meninggalkan ku begitu saja? EOH!” teriakan Tao lebih keras.

Ji Ah nyaris terhentak dan kehilangan degup jantungnya, “omo! Oh my god. YA!” Ji Ah berkacak pinggang, ia memukul dada Tao dengan satu kepalan tangannya.

“Aku tidak bisa membalas yang ini.” Tao melihat arah dada Ji Ah.

Ji Ah reflek menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi dadanya, “apa yang kau pikirkan eoh? M-wo mwol mwol?” Ji Ah berubah terbata, pipinya memanas.

Tao justru terkekeh sinis, “kau sama sekali tidak seksi. Sudah, turunkan tangan mu.” Tao menarik silangan tangan Ji Ah agar kembali seperti semula.

“Apa kata mu?!” amarah Ji Ah mulai meluap. Tetapi, tak sampai hitungan detik, tangan Tao dengan sigap menarik Ji Ah ke dalam pelukannya.

“Jangan lakukan itu lagi pada ku Jiji –ya.” Bisik Tao di sela – sela dekapan itu.

Ji Ah yang merasa sesak di awal karena dada bidang Tao sepenuhnya menutupi alat pernafasannya pun dengan cepat balik merengkuh erat kedua sisi pinggang Tao.

“Tidak akan Tao –ya. Maafkan aku, bukan seperti itu maksud ku. Aku tidak sengaja Tao –ya, Tao Huang maafkan aku.” Suara Ji Ah mulai bergetar.

Dengan cepat Tao menarik Ji Ah dari dalam pelukannya, “jangan menangis. Aku benci itu. Hey panda Jung!” Tao langsung memberi  peringatan pada Ji Ah dengan mengacungkan satu telunjuk di depan wajah Ji Ah.

“Ani. Siapa yang menangis?  Di sini dingin Tao –ya.” Ji Ah beralasan.

Tao tersenyum tipis, ia dapat melihat pipi Ji Ah yang semakin memanas  karena rasa malu.

“Berapa lama lagi kau akan menetap di Korea?”

“Hingga waktu sidang akhir ku tiba. Waeyo?”

Tao hanya menggeleng pelan, ia perlahan memajukan wajahnya seinci demi seinci hingga ujung hidungnya dan Ji Ah nyaris bertemu.

Chup.

Tao mengecup kilat ujung hidung Ji Ah, lalu ia berpindah mengecup kening Ji Ah sedikit lama.

Gulp –  Ji Ah memegangi lehernya usai Tao menyudahi kecupan itu. Ia berusaha agar Tao tidak mendengar saliva yang tengah ia telan dengan susah payah karena perlakukan Tao terhadapnya.

Tao menarik satu tangan Ji Ah dan menggenggamnya, “biarkan kakak mu dan Xing ge menyelesaikan dengan cara mereka sendiri. Kita tidak akan pernah sama Jiji –ya, jangan mencampuri hal yang tidak kau mengerti. Ara?”

Ji Ah mengangguk cepat. “Aku mengerti. Maafkan aku Tao –ya.”

“Hey – ya! Time is over boy!”

Sebuah suara membuat Tao dan Ji Ah menoleh bersamaan.

“Gege.. “

“Oppa.. “

Ji Ah dan Tao memanggil sosok tersebut bersamaan. Sosok Lian yang sedang berjalan ke arah mereka dengan kedua tangan yang sengaja diselipkan ke dalam kedua sisi saku jaketnya.

“Ternyata tempat ini masih cukup bagus setelah bertahun – tahun tidak diurus oleh pemerintah kota Qingdao.” Lian berceloteh, mengomentari sekelilingnya.

“Oppa, di mana Yeon?” Ji Ah tidak melihat sosok sang kakak di sana.

“Dia menunggu di mobil. Ini sudah malam, kita pulang.” Gerakan Lian sedikit mengherankan keduanya, laki – laki itu hanya berbicara sebentar  lalu segera berbalik dan berjalan membelakangi Tao dan Ji Ah.

“Tao –ya, aku pulang dulu ya? Nanti kita berbicara lewat telefon saja, eoh? Good night Tao –ya. Bye – bye.” Ji Ah berlari kecil untuk menyusul Lian yang sudah lebih dulu tiba di ujung jembatan.

“Hati – hati.. “ teriak Tao dengan suara yang tidak terlalu besar sambil melambaikan tangannya ke  arah Ji Ah yang masih berjalan mundur untuk membalas lambaian tangannya.

Setelah memastikan sosok Tao menjauh dari pandangannya, Ji Ah berbalik cepat.

“Oppa, Lian oppa tunggu aku.” Ji Ah berusaha menyamakan langkahnya dengan Lian.

“Lian oppa. Lian oppa! Hosh – hosh.” Langkah Lian bahkan seperti orang yang sedang berlari.

Ji Ah yang kini sudah dapat menyamakan langkah dengan Lian, berusaha untuk mengintip wajah Lian yang tertutup oleh topi itu. “Oppa, Yeon baik – baik saja kan? Apa dia bertemu dengan Yixing?” tanya Ji Ah dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

“Uhm, mereka bertemu.” Lian menjawab seadanya tanpa menoleh pada Ji Ah.

Ji Ah mengangguk mengerti, “aahh benarkah? Lalu apa — eoh, oppa wajah mu — “ perkataan Ji Ah tercekat ketika ia menyadari sesuatu terlihat dari sudut bibir Lian. Bercak darah yang sepertinya masih terlihat segar. Lampu – lampu jalan yang berjajar membuat Ji Ah dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Lian membenarkan posisi syal yang ia kenakan dengan gerakan cepat agar tidak menimbulkan lagi pertanyaan dari Ji Ah. “Kau ingin jadwal penerbangan pukul berapa adik Jung?” Lian segera mengalihkan pembicaraan.

“Pukul berapa saja. Oppa, kenapa kau berdarah?” Ji Ah tak mudah untuk dikelabui.

Tangan Lian dengan cepat menahan sesuatu dari kedua lubang hidungnya, Lian berhenti melangkah.

“Astaga! Oppa, hidung mu juga berdarah..” Ji Ah merasa sangat terkejut, hingga ia menutupi mulutnya sendiri.

Lian menyeka cepat darah segar yang mengalir dari hidungnya, dan menoleh pada Ji Ah seraya tersenyum, “jangan katakan apapun pada kakak mu ketika kita sampai di mobil, kau mengerti?” Lian menyejajarkan posisinya dengan Ji Ah.

Ji Ah masih bingung untuk mencerna perkataan Lian, “oppa, kau baru saja dipukuli oleh orang? Oppa, bibir mu — “

Sentuhan tangan Lian pada puncak kepala Ji Ah, membuat gadis itu berhenti berkomentar.

“Oppa akan mengantar mu dan Yeon ke hotel. Lalu oppa akan kembali lagi esok hari untuk mengantarkan kalian ke bandara. Duduklah yang manis di dalam mobil, aro?” Lian menjelaskan dengan suara lembut.

“N-ne.” Ji Ah akhirnya mengiyakan. Meskipun penuh tanya yang terngiang – ngiang di kepalanya, Ji Ah memilih untuk menuruti apa yang dikatakan oleh Lian.

Tap!

Tap!

Mereka sudah masuk ke dalam mobil. Woo Yeon menoleh pada bangku belakang, “Jiji, kita tidak langsung pulang. Kau belum mengantuk kan?”

“Memangnya kita mau ke mana Yeon?” Ji Ah memajukan kepalanya.

Woo Yeon melihat Lian sekilas dengan hanya bercahayakan pantulan lampu jalan dari luar kaca mobil, “kita harus mentraktir tuan ini sebagai ucapan terimakasih. Kita akan pesta keripik kentang malam ini.” Woo Yeon tersenyum tipis, dengan matanya yang masih tampak sembab.

Ji Ah menoleh ragu pada Lian yang terus menatap lurus ke depan. “Uhm, baik Yeon.”

“Kita langsung pulang saja. Traktir aku ketika di Korea.” Lian memotong cepat. Ia dengan segera menghidupkan mesin mobil.

“Li? Kenapa?” tanya Woo Yeon heran.

“Ibu menyuruh ku agar segera pulang.” Lian berusaha menutupi wajahnya di balik topi dan syal yang ia kenakan. Woo Yeon sama sekali tidak memperhatikan wajah Lian yang babak belur sejak dari Changsha beberapa saat lalu.

Woo Yeon menerka sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, “sungguh?” tanya Woo Yeon penuh rasa curiga.

Lian mulai melajukan mobilnya tanpa menjawab Woo Yeon terlebih dahulu. Sekejap, kesedihan yang Woo Yeon rasakan beberapa waktu lalu, sirna begitu saja, karena saat ini Woo Yeon sungguh bertanya – tanya akan gelagat Lian yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Woo Yeon menoleh kembali ke belakang ketika merasakan tangan Ji Ah mencolek bahunya pelan. Ji Ah menggunakan bahasa isyaratnya, ia menunjuk Lian dan kembali memandang Woo Yeon dengan mengangkat kedua bahunya tanda tak mengerti. Woo Yeon pun hanya mengangguk dengan ekspresi wajah yang mengatakan ‘begitukah? Aku juga tidak mengerti.’

ooOoo

Dua hari berikutnya…

PongPyu Apartemen _ 06 A.M

Ceklek!

Dengan langkah yang sangat berhati – hati, Kris melangkah masuk ke dalam kamar agar Yaegi ataupun ChanSha tidak terbangun karena pintu yang baru saja ia buka dan ia tutup kembali. Kris tersenyum kecil ketika melihat seseorang yang masih berbalut akan selimut masih tertidur pulas di atas ranjang.

“Appa?”

Tatapan Kris langsung menoleh pada baby box ketika sebuah suara menginterupsi.

“Chan?” Kris melangkah cepat menuju baby box ketika Geum Chan sudah berdiri pada pinggiran baby box.

“Appa..” suara Geum Chan benar – benar suara khas bangun tidur, pangeran kecil itu memberikan tangannya ke arah Kris.

“Kau cepat sekali bangun nak? Ssstt.. jangan bersuara, nanti adik dan eomma mu akan terbangun. Cha.. kemari. Aigo – aigo..” Kris berbicara dengan gaya berbisik, ia segera mengangkat Geum Chan dan menggendongnya.

Kris tak lupa untuk melihat peri kecilnya yang masih terlelap di balik balutan selimut mungil berwarna merah muda, Geum Sha. Peri kecil itu sama sekali tak berkutik, meskipun Geum Chan sang kakak terbangun dan membuat seisi baby box seperti terguncang.

“Cantik sekali..” Kris mengusap lembut pipi peri kecilnya itu, sebelum ia melangkah keluar kamar bersama Geum Chan si pangeran kecilnya.

Kris menutup rapat pintu kamar, berusaha untuk sebisa mungkin tidak menimbulkan suara apapun. Yaegi sama sekali tidak mengetahui jika Kris akan tiba sepagi ini. Kris berniat membuat sesuatu yang berbeda, tetapi berhubung Geum Chan bangun lebih awal, jadi Kris berniat untuk mengganti popok serta membasuh wajah pangeran kecilnya terlebih dahulu, sebelum ia masuk ke dapur.

“Cha – kau duduk di sini ya? Appa menyiapkan sesuatu sebentar.”

Usai mengganti popok, dan membasuh wajah Geum Chan, Kris menarik salah satu bangku khusus untuk ChanSha, dan mendudukkan Geum Chan di dalamnya.

Kris mulai membuka penutup tempat di mana Yaegi menaruh lembaran roti di dalamnya. Kris juga meraih beberapa botol selai roti dari dalam lemari dapur.

“Chan, eomma suka yang ini, ini, atau yang ini?” Kris memperlihatkan satu persatu selai roti pada Geum Chan.

Geum Chan hanya menatap Kris dan botol selai roti bergantian. Pangeran kecil itu mungkin mengerti apa yang sedang ditanyakan oleh sang Appa, namun ia tidak tahu cara menjawabnya.

Ceklek!

“Yaegi –yaaaaaa…  aku datang. Yaegi –ya, kau sudah — eoh, Kris?!”

Sosok Soo Rim yang baru saja melangkah masuk ke dalam apartemen, dengan segera melangkah ke dapur, menghampiri sosok Kris yang sudah lebih dulu tampak dari kejauhan. Soo Rim membawa dua kantung plastik  belanjaan bersamanya.

“Kris? Kau sudah pulang dari Guangzhou?” tanya Soo Rim tak percaya.

“Hmm. Yaegi belum bangun. Jangan membangunkannya ya. Dan, itu apa yang kau bawa?” Kris melihat beberapa daun bawang terlihat dari dalam kantung plastik yang Soo Rim bawa.

“Ah ini, aku akan membuatkan bubur untuknya. Dia tidak bisa makan nasi, ataupun roti. Sepertinya, kehamilan kali ini sedikit sulit baginya.”

“Jinjja?” mendengarkan akan hal itu, Kris langsung menaruh kembali selai roti yang semula ia pegang.

Soo Rim mengangguk, seraya menaruh barang belanjaannya pada meja dapur. “Kau mau membuatkannya sarapan? Aigooo.. romantis sekali. Ah, hari ini Valentine kan? Eyhh…” Soo Rim berceloteh ria sambil membuka pintu lemari es, dan mulai menyusun beberapa bahan dapur ke dalamnya.

“Jika tidak sekarang, kapan aku bisa seperti ini Soo Rim –ssi? Ahh, bisakah kau memberi  tahu ku bagaimana membuat buburnya?” Kris tiba – tiba berubah antusias.

Soo Rim justru menatap Kris penuh kekhawatiran, “tidak usah Kris. Biar aku saja yang membuatkannya. Pergilah berbenah, kalian sedang sibuk untuk persiapan comeback tahun ini kan? Serahkan pada ku.”

Kris berpikir sejenak. Ia hampir tidak pernah memiliki kesempatan seperti saat sekarang. Meskipun terdengar menggelikan bagi memberdeul jika mengetahui bahwa Kris sedang memberikan kejutan di pagi hari untuk Yaegi, tapi Kris melakukannya dengan sepenuh hati. Ini adalah Valentine pertama, di mana EXO sedang berada pada masa tenang tanpa jadwal yang menanti.

“Ku rasa, Suho belum bangun saat ini. Tidak mau kah kau pergi ke dorm untuk membangunkannya?” Kris balik menggoda Soo Rim.

Soo Rim hanya tersenyum tipis, ia tahu bahwa itu hanya bualan Kris. “Pergilah untuk membangunkan Yaegi sekarang. Ini jadwal dia minum susu.” Soo Rim melirik jam dinding yang hampir menunjukkan pukul 7 pagi.

“Ne? Lalu ini semua bagaimana? Jadi aku gagal membuat sarapan pagi? Eiishh.. jeongmal.” Kris berdecak kesal.

“Istri mu menderita morning sick hampir di setiap pagi. Aku bahkan tidak tega untuk membangunkannya.” Soo Rim menambahkan, tanpa merespon pertanyaan Kris.

“Sungguh? Maksud mu dia akan muntah ketika ia bangun, begitu?” wajah Kris mulai takut.

Soo Rim mengangguk, “hmm. Dokter Kim mengatakan, Yaegi akan mengalami morning sick pada awal kehamilannya kali ini.”

Kris menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “ssshh, hmm. Baiklah. Ah, kau lihat Chan sebentar ya? Gomawoyo.” Kris kembali berjalan menuju kamar.

“Imoo..”

“Kyaa! Kau sudah mengganti popok mu sayang? Aigoo.. appa mu sudah banyak mengalami perubahan ternyata.” Chup –

Sementara itu di kamar …

“Kris –ah..”

Yaegi yang baru saja bangun dan hendak menyibakkan selimutnya, lebih dulu terperangah hebat ketika Kris melangkah masuk ke dalam kamar.

“Eo, Pikachu ku sudah bangun?” baru saja Kris hendak menghampiri Yaegi ke sudut ranjang, tangan Yaegi lebih dulu menahannya, “chamkan Kris –ah!” Yaegi dengan cepat turun dari ranjang dan berlarian ke kamar mandi.

“Hoeeeeekk. Hmmpph… hoeeekk. Ahh.. “

Suara kran air mendominasi ruang kamar mereka, serta suara Yaegi yang tampak sedang memuntahkan sesuatu. Kris ikut menyusul Yaegi ke kamar mandi. Ia menepuk – nepuk pelan punggung Yaegi, demi membuat perasaan Yaegi lebih nyaman.

“Hufh – “ Yaegi selesai berkumur – kumur, dan membasuh wajahnya. Ia meraih handuk kecil yang terdapat pada rak kecil kamar mandi untuk mengelap wajah dan mulutnya.

“Sshhh..” ringisan kecil Yaegi terdengar.

“Gwaenchana?”

Seketika raut wajah Kris berubah penuh rasa kekhawatiran. Ia menghadapkan posisi Yaegi agar berhadapan dengannya, “kau baik – baik saja?”

Yaegi hanya menggeleng sesaat, dan langsung berhamburan memeluk Kris.

“Kenapa tidak mengatakan jika kau akan tiba lebih pagi, uh?” Yaegi menggerutu di dalam dekapan Kris yang begitu kental dengan aroma parfum perpaduan antara velvet apricot dan  green tea. Aroma khas dari tubuh seorang Wu Yi Fan.

Kris mengusap lembut rambut Yaegi yang tergerai, “happy Valentine  to my wife..”

Yaegi langsung menyudahi pelukannya ketika mendengar kalimat yang baru saja Kris ucapkan. “Ye? Valentine? Ige mwoyeyo?” tanya Yaegi dengan tatapan polosnya.

Kris juga tidak mengerti, mengapa ia tidak cengo seperti biasanya ketika mendengar celotehan konyol Yaegi. Kris justru tersenyum manis menanggapi pertanyaan konyol nan polos dari Yaegi.

“Ini adalah pertama kali aku bisa mengucapkannya pada mu secara langsung.” Chup. Satu kecupan di kening.

“Thanks for giving me a precious gift, twice.” Kris kembali menarik Yaegi ke dalam pelukannya. Yaegi akhirnya mengerti.

“Hmm, tapi aku khawatir Kris –ah..” kedua mata Yaegi jauh menerawang ke  arah baby box di luar sana.

“Wae? Geokjeongma, aku akan berusaha menjadi lebih baik. Geokjeongmalgu, Pikachu –ya.” Kris menaruh dagunya pada puncak kepala Yaegi.

Yaegi kembali menyudahi pelukan itu, “Ibu sudah mengetahui hal ini? Bagaimana reaksi Ibu, Kris –ah?”

“Itu yang Ibu harapkan. Ah molla, aku juga tidak mengerti.” Kris sulit untuk menjelaskan.

“Sungguh? Sungguh Ibu tidak terlihat sulit?”

Kris mengangguk mantap. “Tapi, sepertinya kau tidak bisa memiliki kewarnegaraan Cina setelah ini.” Kris tersenyum renyah.

Yaegi menunduk lemah, “eo, arasseo.”

Kris mengangkat dagu Yaegi, “wae? Itu bukan masalah kan? Pemberlakuan hukum di Cina itu, bukan berarti akta pernikahan kita juga tidak sah. Itu berbeda Pikachu.”

“Eo, arasseoyo.” Yaegi hanya mengangguk lemah. Bagaimanapun, ia tetap tidak mungkin untuk menolak kehamilan untuk kali kedua ini. Meski tidak bisa mendapatkan satu kewarganegaraan lagi, sebagai warga Republik Cina dikarenakan tidak memiliki anak tunggal, Yaegi harus tetap bersyukur akan semua ini.

“Woah, sudah pukul 7. Waktunya kau minum susu kan?” Kris melihat jam dinding yang terlihat dari depan pintu kamar mandi.

“Soo Rim sudah datang?”

“Hmm.”

“Ah, aku mau melihat — “

“Geum Chan sudah bangun lebih dulu, biarkan Geum Sha seperti itu. Ayo, kita keluar.” Kris menuntun Yaegi untuk keluar dari dalam kamar mandi.

Yaegi berhenti sejenak, “ani, chamkanman.”

“Waeyo?” Kris mengernyit heran.

“Tidakkah ini bukan seperti diri mu? Ro – man – tis.” Yaegi memenggal setiap bagian dari kata yang ia ucapkan.

Aura setan Kris perlahan menyeruak, “benarkah? Lalu, apakah morning kiss juga masih berlaku?” Kris tiba – tiba mendekatkan wajahnya.

“Eommmaaaaa…”

Teriakan Geum Sha, membuat Kris memejamkan matanya frustasi. Kris pun menoleh ke sumber suara. Terlihat Geum Sha sudah berdiri di sisi baby box dengan loncatan kecilnya yang menggemaskan.

Yaegi tersenyum aneh, “anak mu yang satu lagi, Kris –ah.” Yaegi menunjuk baby box.

Kris kembali berdiri seperti semula, “geurae. Dia adalah satu – satunya peri kecil yang sangat pintar. Bahkan, dia terbangun ketika aku mengatakan ‘morning kiss’ pada mu. Wu Geum Sha ku hanya ada satu di dunia ini. She is.. “ Kris menunjuk Geum Sha dengan gaya pasrah.

Yaegi menahan tawanya. Melihat wajah Geum Sha dan Kris yang memang terkesan mirip, dan mendengar intisari dari kalimat Kris bahwa Geum Sha baru saja merusak morning kiss pagi ini, itu sungguh menggelikan.

“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tuan Wu..”

“Benarkah?”

“Apppppaaaaaaaa… “

Teriakan Geum Sha kali ini lebih histeris. Kris langsung berbalik untuk berjalan menuju baby box, sebelum peri kecil itu akan memecahkan tangisnya.

“Yay! My pretty daughter daddy is coming… “

ooOoo

SM Office – 11 A.M

Hari ini, kedua belas member Exo sudah kembali berkumpul. Ini adalah hari pertama mereka di tahun 2014 untuk memulai dance practice comeback mendatang. Saat ini mereka tengah berada di dance practice room. Semua mata memberdeul saat ini tertuju pada Kris yang duduk pada sofa hitam di sudut ruangan.

“Wajah Kris hyung seperti sangat bercahaya, benar kan?” D.o berbisik mendekat pada memberdeul yang duduk membentuk lingkaran. Mereka sedang menunggu koreografer yang masih di dalam perjalanan menuju Gangnam.

“Mungkin dia sudah mengganti krim wajah.” Baekhyun terkekeh. Dia berkata asal.

“Yaashh aihhh tidak bisa. Tadi sudah seperti ini, ya seperti ini saja. Omo omo omo, ya!”

“Jongdae hyung kau bisa pakai yang itu! Tidak mau!”

“Ya ya ya ya!” Suho menarik baju bagian belakang Sehun. Magnae Oh itu sepertinya saat ini sudah memiliki bahan perdebatan baru, yaitu bersama vocal line Exo, Chen.

“Jongdae –ya, mengalah saja apa salahnya? Kau ini..” Xiumin menepuk bahu Chen agar memberikan earphone yang ia kenakan untuk Sehun.

“Aku membawanya sendiri. Aku lebih dulu meminjamnya.” Chen meralat kata – katanya.

Chanyeol angkat bicara, “punya mu atau punya ku?” Chanyeol seperti mengenal earphone yang di pakai oleh Chen.

“Punyamu.” Chen menyeringai bodoh.

“Ini, pakai punya ku saja.” Luhan mencopot earphone dari ponselnya, dan memberikan pada Sehun.

Sehun menggeleng, “ani. Tidak usah. Tao –ya, pinjam punya mu.”

“Eoh, ini.” Tao melemparkan earphonennya.

Melihat itu, Suho, Luhan, Xiumin dan Kris yang duduk di sofa saling berpandangan. Sehun sepertinya masih sedikit sensitif karena perdebatan kecil beberapa waktu lalu.

“Jaewon hyung masih lama tidak? Aku mau membeli sesuatu di kantin.” Suara Lay menginterupsi pandangan Suho.

“Ah molla. Pergilah, tapi jangan terlalu lama. Hari ini konsep pertama.” Suho menepuk pundak Lay pelan.

Kai yang sedari tapi tertidur dengan topi yang menutupi wajahnya, kini kembali duduk tegap, “di kantin ada Seunghwan hyung. Titip saja, apa yang ingin kau beli hyung.” Kai menimpali.

Lay melihat Kai dan Suho bergantian, gelagatnya tampak bingung. “Ah, bukan. Maksud ku, setelah dari kantin aku mau ke toilet.” Lay bergegas bangun.

“Jika mau ke toilet kenapa harus bertanya tentang Jaewon hyung? Toilet di lantai ini sudah di perbaiki Yixing.”

Mendengar sahutan Kris, memberdeul kini memandangi Kris dan Lay bergantian. Mereka sangat ingin bertanya, tetapi waktu tidak lah cukup. Member Exo adalah namja – namja yang memiliki jiwa Ahjumma yang senang untuk membicarakan hal yang disebut dengan gossip, maka sebelum rasa penasaran mereka tergantungkan, lebih baik mereka menunda untuk bertanya panjang lebar. Karena tidaklah mungkin untuk membahas masalah pribadi di depan coordi noona, dan koreografer yang beberapa saat lagi akan datang.

“Aku pergi sebentar.” Tanpa balas merespon, Lay berjalan menuju pintu. Ketika pintu ditarik oleh Lay, sosok Yoon Sohee yang melintas melewati ruang tersebut, membuat Luhan langsung bangun dari duduknya.

“Aku juga keluar sebentar. Sebentar saja.” Luhan berlarian menyusul Lay yang baru saja menghilang.

Memberdeul kembali bertanya – tanya -_-

Baekhyun menunjuk heran ke arah perginya Luhan, “Lu hyung?”

“Yang tadi itu, Sohee kan?” Chen ikut bertanya – tanya.

“Lu ge ikut bersama Xing ge atau bertemu dengan nona Yoon itu?” Tao bersugesti.

“Molla.”  Chen hanya mengangkat bahunya, dan kembali memasang earphone seraya menjatuhkan kepalanya di paha Xiumin.

Kai memilih untuk diam, dan kembali melanjutkan tidurnya di posisi yang sama.

Bip. Suara pesan masuk dari ponselnya, membuat visual Exo itu kembali duduk tegap.

‘YSH

Kau terlihat menyedihkan. Kekeke.’

Kai mengernyit setelah membaca pesan singkat tersebut. “Gadis sinting.” Gerutunya dalam hati.

Sebuah kepalan kertas menghampiri tepat di depan wajah Kai, itu membuatnya sedikit terkejut. Ternyata, Suho yang melemparnya. Suho menatap Kai dengan tatapan ‘wae? Dia mengirimkan pesan singkat lagi?’ begitulah, yang Kai artikan.

Kai mengangguk dengan raut wajah tidak enak, “uhm.”

ooOoo

Sementara itu ..

Lay menyusuri sepanjang koridor lantai tiga, usai ia keluar dari toilet. Ia memperlambat gerak langkahnya ketika melewati sebuah ruangan yang bertuliskan ‘piano room.’

Samar – samar ia seperti kembali mendengar suara Woo Yeon dari dalam sana. Suara itu masih sangat melekat pada ingatannya. Kembali terbayang olehnya ketika Woo Yeon menarik pintu piano room dan bertatapan langsung dengannya pada malam itu.

Lay cepat – cepat menggelengkan kepalanya, itu hanyalah ilusi. Baginya, yang berlalu tentu hanya sebongkah masa lalu. Lay teringat akan sesuatu yang sebenarnya menjadi tujuan utamanya keluar dari ruang latihan. Lay menepikan langkahnya pada dinding yang masih menyatu dengan ruang piano. Ia mengigit – gigit kecil ujung kukunya, sejenak berpikir.

Lalu, namja berlesung pipi itu mengedarkan pandangannya ke penjuru koridor. Matanya terkunci pada sebuah ruangan yang baru saja di masuki oleh Luna.

“Hufh – “ Lay mencoba menarik nafas, dan menghembuskannya tenang.

“Mereka sibuk tidak ya?” bisiknya dalam hati. Lay semakin terlihat gusar, ketika niat hatinya mulai menggebu – gebu untuk mendatangi ruang di mana F(x) sepertinya sedang berada saat ini.

Suara pintu piano yang ditarik oleh seseorang, membuat Lay langsung berbalik dengan eskpresi setengah terkejut.

DEG! Jantung Lay memberi satu tekanan yang membuat detak jantungnya tak beraturan.

“Soojung?”

To Be Continued …

T/N

Banyak sekali yang mau Seriesnya Wang Lian, waah 😀

Uhm, akan dipertimbangkan. Jadi, untuk yang penasaran dengan Wang Lian, aku kasih clue – clue aja dulu ya di setiap chapter EXO SERIES 😉

Waaahh banyak reader lama yang bermunculan lagi,Gomawooo sudah setia selama ini. *kecup*

Reader baru ku semua, selamat datang. Happy & enjoy di rumah YaeKris ya 😀 *hug*

Reader diam, alias Siders hahahah. Aku kangen  kaliaaaaan. Sangking kangennya, chapter akhir XingYeon pengen aku proteksi 😀 😀 😀  *kiss&hug*

Untuk typo, pasti banyak. Karena proses editing ngadat wkwkwk. 

Nantikan kisah akhir dari XingYeon 😀

Saranghae yeorobuuuunnn ~

 PS :: 

188 pemikiran pada “EXO SPECIAL SERIES ‘XingYeon’ RIDICULOUS – Chapter 8

  1. Disayangkan astagaa xingyeon xD tp gpp dh kl jd nya sm kyuu ㅋㅋ
    Baca ini jd pingin series khusus lian jadinya hehee btw sukses utk next chpt!;;)

  2. kerrreeenn,, jgan lama” ya updetnya,,,
    ditunggu” 😀
    dan ma’af,, bru nyempetin komen,, cuz.. lok dhp ribet, hp jadul,, maklum,, hehehe,,,
    keep writing ya thor,,,:)

  3. Yahhh xingyeon ㅜㅜ kirain happy ending thor tp gpp de kl jd nya nanti sm kyu heheexD baca yg ini jd pingin series khusus lian ㅋㅋ btw sukses utk next chpt;;)!

  4. kyaaa kak Upa itu Yaegi beneran hamil ternyata -_-
    di chapter ini banyak yang mengejutkan ya, itu Lian kenapa ?
    kak, next next next 🙂

  5. OMG! eonni! jebaaaaaaallllll!!! Ini ff nya kenapa makin seru?! Ngefeel banget, aku sukaaaaaa!!! Mian aku baru komen, komen ini mewakili semua chapter ridiculous hehe, aku baru bisa on dan baru bisa komen 😀

  6. Hai, aku new reader!
    aku udah baca, ff ini dari part 1, mian ya baru comen sekarang.
    ff ini ceritanya ada hubungannya ya dg ff sebelumnya? bisa dsaranin aku harus bca ff apa dulu, biar paham sama ceritanya? gomawo, mhn bantuannya!!!!

  7. Eonni pa kbr? Eon makin seru, jadi yeon ma kyuppa? Lay ma aq ja 🙂 eon lian oppa waeyo? Kok berdarah hdungnya? Mian y eon bru coment.

  8. na’ah aku penasaran sebenernya siapa wang lian itu? aku ngerasa kasian sm dia, karena hidupnya begitu dramatis *jah bahasanya -_-
    btw sorry for late to said but congrats for yaeris for having a new baby ㅋㅋㅋ 😀 kapan nih perayaannya? hahaha

  9. XingYeon bakalan jadi couple yg ga bersama ya, eon ??
    Trs itu lian berdarah dipukulin ama sapa ? duh, buruan bikin series nya lian dong, eon, dia kece badai soalnya…hehehe

  10. Lay knp ngrliat soojung kyk gt????
    apa Lay jg mulai menetapkan hati y ke krystal????
    agak sedih sih mereka woo yeo n lay ngak bisa satu tp lebih banyak seenng y krn yeon milih ke kyuhyun lasian kyuhyun ku dah menderita ngy gt….
    ada apa sih ma Lian??? kyk y Laian punya Raasia besar deh,,, knp dia berdarah hidung n bibir y n ada masa lalu yg menyakitkan apa tentang dia dan yeon n eomma y siapa anak angkat y kyuhyun n aegi q lupa nih…
    kasian yaegi hamil y sekarang agak nyusain pake morning sick gt….

  11. sayang bgt xingyeon g bisa bersatu lg..smoga itu yg terbaik..
    Kehamilan yaegi yg k 2 bener2 berat..skrg yaegi tiap pagi sering ngalamin morning sick..kasian..berarti jarak chansha dgn adiknya cuma 1 thn y..dkt jg…

  12. Saeng 2 ank lebih baik. *dilemparin gedung sm
    😀

    I’m back say.
    After such a long time, deudiyo.. *apaan sih

    Ga tau mau comment apaan. Hati saya lagi sakit sekali soalnya.
    Keep writing deh upaa.. 😘

  13. eonni ! Ini keren banget ceritanya ! selalu bikin penasaran. Tapi sumpah aku pengen banget specialnya Wang Lian. please cepet update yaa, kalo bisa setiap tokoh dikasih foto atau visual, biar kita gampang membayangkannya 😀
    Jjang eonni ;;) hwaiting !

  14. Huuuuhh, sedih liat Lay sama Woo Yeon. Semoga mereka balik lagi ya eon. Oiya, Ntar kalo Lay sama Woo Yeon, Jangan” Krystal sama sehun ya eon? Terus kai sama Sohee?? *soktau .
    Chapter akhir diprotec? 😦 Mesti mention ditwitter dong, -_- Araseo 🙂

  15. ggaepssong~ *gaya ala baekhyun* kenapa Lay oppa ngga jadi sama Woo Yeon thor 😦 agak mengejutkan nih hohoo aduh kalo aku jadi Woo Yeon aku gk akan ngelepas Lay biar dia ngga sama soojung *krystal : maksud lo apa?* Lay oppa daebak!! love you wink wink 😉

  16. eonni… aku lupa mulu mau komen haisshh… kupenuhin komennya disini aja gimana….

    penasarannn sama liannn
    jadi kyubin itu anaknya lian
    lian baik banget tapi hidupnya menyedihkan banget
    yaekris mau punya baby lagi aigoo gimana sama chansha

    mmm… yeon jadinya sama kyuhyun ya kasian sih sama kyuhyun tapi lay gimana dong

    sehun sehun kasiannnn

    tapi ceritanya bagus banget… huaaa daebakk deh…

    mmm… bingung mau bilang apa lagi

    oo… makasih ya eonni udah buat cerita yang bagusssssssssa banget

    lov u eonni…

    saranghae jinja

  17. Auwhh jinjja.. Rumit banget kisah XingYeon ini..
    Thor,, ceritanya jangan nyesek dongg *maksa*
    He he,, mian thor, says jarang banget komen, soalnya gak tau mau ngomong apaan.
    Tapi Keren kok. 😉
    Okehh,, sekian dari saya. Bye ! *ngilangbarengMagnaeOhSe*

Tinggalkan Balasan ke APRIANA FELITA Batalkan balasan